Translate

Thursday, May 26, 2011

 PENDEKATAN ILMIAH NONPOSITIFISTIK DAN PRAGMATIK

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang berkeinginan dan ditakdirkan untuk mencari suatu kebenaran dalam kehidupanya, yang kemudian menemukan tiga bentuk eksistensi, yaitu: agama , ilmu pengetahuan, dan filsafat. Dan masing-masing mempunyai kinerja sendiri-sendiri, seperti agama merupakan sebagai pengantar suatu kebenaran sedangkan filsafat sebagai pintu untuk membuka suatu kebenaran itu dengan melakukan suatu pemikiran yang menggunkan rasio.
Dalam pencarian suatu kebenaran dalam ilmu pengetahuan, terdapat beberapa teori atau pendekatan yang dapat dijadikan sebagai acuan, namun dalam kesempatan kali ini saya selaku pemakalah hanya akan membahas dua dari pendekatan tersebut yaitu Pendekatan Ilmiah “Non-Positivistik dan Pragmatik”. Kedua aliran ini mempunyai pemikiran yang berbeda dalam proses pencarian suatu kebenaran, dan ini akan saya perjelas keduanya sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah merupakan suatu cara dalam menddekati atau mememahami sesuatu yang ilmiah dengan cara yang ilmiah pula, untuk mendapatkan suatu kebenaran yang valid dan dapat memberikan manfaat kepada kehidupan. Pada dasarnya suatu pendekatan ilmiah selalu menitik beratkan kepada tiga hal antara lain, yang pertama, penetapan suatu obejek dan fokus kepada permasalahan, kedua, menetapkan metode analisis sesui objek yang dikaji, dan ketidga, melekukan analisis.1 Dan apabila suatu pendekatan diluar ketiga hal itu maka dinamakan sebagai pendekatan non ilmiah. Meskipun sudah ditentukan ketiga hal tersebut, namun dalam cara pengambilan suatu kebenaran itu, antara satu fihak dengan fihak lain tidaklah sama, karena mereka mempunyai pemahaman sendiri tentang kebenaran itu. Sehingga muncullah beberapa pendekatan ilmiah yaitu: non-positivistik , positivtik dan pragmatik.
  1. Pendekatan Ilmiah Non-positivistik (ilmiah spekulatif)
Pada dasarnya non-positivisme atau spekulatif merupakan pemikiran yang bernalarkan deduksi yang bercorakkan filsafat masa lalu yang masih menganut campuran antara pemikiran filsafat dengan teologi dan ajaran agama, dan pemahaman dalam pemikiran ini tertuju kepada persoalan yang diluar jangkauan indrawi (tanpa dipengaruhi pengamatan, sehingga tidak dapat diukur), dan kemudian menjadikannya sebuah pendekatan ilmiah dengan cara penggabungan dengan cara kerja ilmu pasti alam, seperti yang dianjurkan oleh Francois Bacom dan Rene Descrates, dan sehingga menjadi logis. Contohnya seperti surga dan neraka, dalam pemahaman kedua tempat ini tentu saja meggunakan kesimpulan alur deduktif atau membenarkan secara normatif dan sudah diyakini kebenarannya, dan seseorang tidak pernah dapat mengetahui keduanya dengan cara indrawi, namun memahamiya dengan ilmu pasti alam sehingga terlihat logis.
Jadi aliran pemahaman ini merupakn pengguna cara pandang dengan membuka fikiran untuk mendapatkan kebenaran itu, dan dasar pendekatannya berawal dari pemaknaan untuk menghasilkan suatu teori dan bukan mencari pembenaran terhadap suatu teori ataupun menjelaskan suatu teori, karena kebenaran yang diperoleh merupakan pemahaman terhadap teori yang dihasilkan. Dalam interaksi sosial, non-positivistic mengakomodir perhatian pada kajian penjelasan pelaku maupun cara-cara penjelasannya dapat diterima atau ditolak oleh fihak lain2.
Contoh : keberadaan Tuhan sebagai pencipta semesta alam dan seisinya. Benarkah pernyataan tersebut ?, menurut pendekatan ilmiah spekulatif keberadaan Tuhan itu mrupakan suatu yang benar adanya dan benar sebagai pencipta alam semesta, dan apabila dipandang dari segi logis sesuatu itu ada dari yang tidak ada dan menjadi ada karena ada yang mengadakan atau pembuatnya begitujuga alam semesta, meskipun Tuhan tidak dapat ditemukan dengan cara indrawi dengan disertai ilmu pasti alam. Begitu juga keberadaan surga, neraka, malaikat, dan lain sebagainya.
  1. Pendekatan Ilmiah Pragmatik (abduksi)
Pragmatik merupakan suatu faham yang berpendapat bahwa kebenaran itu sesuatu yang sangat ditentukan pada akibat-akibatnya. Dalam pendekatan ini pencarian kebenaran itu dengan cara memandang dari segi kegunaannya dan dalam lingkup tempat dan waktu tertentu dan pengujian langsung yang menggunakan rumus/ konsep/ dalil/ gagasan. Sehingga dalam garis besar, faham ini menggunakan suatu pengujian kebenaran terhadapa suatu objek melalui apa yang sudah dihasilkan dari objek tersebut, dan hasil atau akibat itu bukan merupakan suatu rekayasa meleinkan ada dengan sendirinya (natural dan objektif)3. Dalam artian, bahwa suatu objek tidak dapat dikatakan benar apabila belum diprktekkan didalam kehidupan dan belum diadakannya suatu pengujian terlebih dahulu.
Dari pendekatan ilmiah ini saya akan mencoba memberikan suatu contoh masalah yang perlu dicari kebenarannya dengan pendekatan pragmatik, misalnya pernyataan “al-Qur’an sebagai pendoman hidup”, dari pernyataan ini pasti akan timbul pertanyaan benarkah al-Qur’an sebagai pendoman hidup?, sehingga perlu diadakannya suatu pemecahan suatu kebenaran. Karena pendekatan ilmiah pragmatik menggunakan pengujian, praktek dan memandang suatu kegunaan atau akibat yang ditimbulkan dari objek tersebut, maka menurut faham ini pernyataan al-Qur’an sebagai mana yang disebutkan diatas itu benar, karena apabila dipandang dari dari segi pengujian, al-Qur’an telah teruji kebenaranya dengan adanya kandungan nilai-nilai kehidupan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, ataupun manusia dengan manusia yang lain dengan baik. Dan dilihat dari segi prakteknya, pada kenyataannya manusia yang selalu mengamalakan atau penjadikan al-Qur’an sebagai pendoman hidup dengan baik dan benar (tidak tekstual / sesuai dengan pekembangan zaman), selalu dalam kedamaiaan dan kebahagiaan, begitu juga akibat yang ditimbulkan oleh al-Qur’an juga memberikan suatu pemahaman akan hakekat hidup dan memberikan pengarahan didalamnya, dan akibat yang ditimbulkan ini secara sendirinya timbul (natural dan objektif) tanpa adanya rekayasa didalamnya.
BAB III
PENUTUP
Segala cara dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan sesuatu yang dinamakan kebenaran, meskipun antara satu pemikiran dan pernyataan berbeda. Seperti halnya yang disebutkan diatas, seperti pendekatan ilmiah pragmatik yang memandang dari segi kegunaannya (akibat yang ditimbulkan) dan pengujiannya, sedangkan pendekatan ilmiah non-positivistik (ilmiah spekulatif) yang mendapatkan pemahaman dari teori yang dihasilkan sendiri yang berawal dari sebuah pemikiran spekulatif yang digabungkan dengan kerja ilmu pasti alam.
Dan pada dasarnya, kebenaran sangatlah penting bagi kehidupan sekarang dan masa karena hidup tanpa kebenaran akan menyesatikan, dan dari beberapa kesimpulan di atas mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
Adib, Muhammad. Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan logika Ilmu, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Edisi Ke-2, 2010
Filsafat Ilmu,Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2005
http///.www.education. aliranfilsafat non-positivistik”, tanggal : 23-Maret-2011



1 Filsafat Hukum, (Yogyakarta, Pokja Akademik UIN SUKA, 2005),h. 106

2 http///.www.education. aliranfilsafat non-positivistik”, tanggal : 23-Maret-2011



3 Ibid.h, 113